padatahun 2009 novel ini merupakan kedua dari trilogi negeri 5 novel ranah tiga warna karya a ranah 3 warna pdf free, download novel ranah 3 warna ahmad fuadi aden duduk di sebelah atas ya dan seperti biasa aden pasti menang teriak randai pongah sambil memanjat ke puncak batu hitam yang kami duduki , anda pembaca novel negeri 5 menara kini
Identitas Buku Judul Buku Ranah 3 Warna Penulis A. Fuadi Editor – Penerbit Gramdia Pustaka Utama Cetakan – Jumlah Halaman 473 Jumlah Bab – Ukuran Buku x 20 cm Berat Buku kg Harga Rp. Tahun Terbit 2017 ISBN 9789792263251 Sinopsis Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia bahkan sudah bisa bermimpi dalam bahasa Arab dan Inggris. Impiannya? Tinggi betul. Ingin belajar teknologi tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika. Dengan semangat menggelegak dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin segera kuliah. Namun kawan karibnya, Randai, meragukan dia mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, ada satu hal penting yang dia tidak punya. Ijazah SMA. Bagaimana mungkin mengejar semua cita-cita tinggi tadi tanpa ijazah? Terinspirasi semangat tim dinamit Denmark, dia mendobrak rintangan berat. Baru saja dia bisa tersenyum, badai masalah menggempurnya silih berganti tanpa ampun. Alif letih dan mulai bertanya-tanya “Sampai kapan aku harus teguh bersabar menghadapi semua cobaan hidup ini?” Hampir saja dia menyerah. Rupanya “mantra” man jadda wajada saja tidak cukup sakti dalam memenangkan hidup. Alif teringat “mantra” kedua yang diajarkan di Pondok Madani man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal kedua mantra itu dia songsong badai hidup satu persatu. Bisakah dia memenangkan semua impiannya? Ke mana nasib membawa Alif? Apa saja 3 ranah berbeda warna itu? Siapakah Raisa? Bagaimana persaingannya dengan Randai? Apa kabar Sahibul Menara? Kenapa sampai muncul Obelix, orang Indian dan Michael Jordan dan Kesatria Berpantun? Apa hadiah Tuhan buat sebuah kesabaran yang kukuh? Ranah 3 Warna adalah hikayat bagaimana impian tetap wajib dibela habis-habisan walau hidup terus digelung nestapa. Testimoni Pembaca Haryadi Yansah “Walau hanya berbisik di hati, rupanya Tuhan selalu maha mendengar” Tentang – Ranah 3 Warna – Buku yang tetap menawarkan semangat menggapai cita-cita ini sekarang bercerita mengenai kehidupan Alif Fikri, pasca kelulusannya menempuh ilmu di Pondok Madani. Alif kini kembali ke kampung Maninjau setelah menggoreskan harapan Amaknya untuk belajar ilmu agama. Walau begitu, cita-citanya untuk menjadi the next Habibie tidak pernah surut. Harapannya untuk menorehkan prestasi mendunia dalam bidang teknologi tak pernah karam. Tapi apa mungkin, seorang Alif yang notabene tamatan sekolah agama bisa mengikuti ujian saringan masuk perguruan tinggi? Bahkan, ijazah saja ia tidak punya. Bukan Alif namanya jika gampang menyerah. Untung Ayah dan Amaknya mendukung usaha Alif agar bisa belajar di perguruan tinggi. Alif mempersiapkan diri untuk ikut ujian kesetaraan agar bisa mendapatkan ijazah. Sungguh, bukan perjuangan yang mudah. Alif harus mampu menguasai berbagai macam mata pelajaran umum tiga tingkatan dalam waktu cepat. Modal utamanya adalah Man Jadda Wajadda– Siapa yang bersungguh-sungguh ia akan berhasil. Alif yakin jika ia berusaha satu tingkat lebih baik dari orang lain, ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Perjuangan itu mulai menapakan hasilnya. Memang tidak sepenuhnya seperti yang ia harapkan. Keinginannya untuk menekuni bidang teknologi harus ia pupus karena sangat sulit menguasai pelajaran berhitung dalam waktu singkat. Tapi Alif cukup bangga ketika akhirnya diterima di Hubungan Internasional-UNPAD. ”… sesungguhnya doa itu didengar Tuhan, tapi Dia berhak mengabulkannya dalam berbagai bentuk. Bisa dalam bentuk yang kita minta, bisa ditunda, atau diganti yang lebih cocok buat kita,” Hidup sendirian di kota Bandung tidaklah mudah. Untung, sahabatnya –Randai, bisa membantu menumpangi Alif selama ia belum menemukan kos yang sesuai dengan kondisi keuangannya. Di masa-masa sulit itu, Alif bahkan harus kehilangan Ayahnya, hingga ia sempat berfikiran untuk menghentikan kuliahnya dan membantu Amaknya di kampung. Syukurlah hal itu tidak sampai terjadi karena Amak mewanti-wanti Alif agar pulang setelah mendapatkan gelar sarjana. Sial, persahabatannya dengan Randai sempat retak, dan Alif harus berjuang menopang kehidupan ekonominya di kota padat itu. ”iza shadaqal azmu wahada sabil- kalau benar ada kemauan, akan terbuka jalan,”Alhamdulillah minat Alif di bidang jurnalistik bisa membantu ia menopangi kehidupannya. Bahkan ia sudah bisa membantu Amak walaupun hanya sedikit. Alif kini mempunyai mimpi baru. Menjejakkan kaki di Amerika. Mungkin, kah? Akhirnya sebuah cahaya mampu menuntun Alif untuk menggapaikan cita-citanya. Alif berjuang mengikuti seleksi pertukaran pelajar ke negara asing. Sampai titik ini, Alif bahkan harus bersaing dengan sahabatnya sendiri –Randai. Rasa pesimis kerap saja muncul walaupun tidak diinginkan, namun sekali lagi, dengan keyakinannya melebihkan usaha dan terus berdoa, akhirnya Alif mampu menjejakkan langkahnya di benua Amerika. Hola… anak kampung Maninjau kini berada di Kanada untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia di sana. Berbagai pengalaman Alif tuai di kota Saint-Raymond. Bahkan Alif juga menemukan rasa cinta di kota kecil itu. Walaupun tetap akan ada perjuangan-perjuangan yang harus ia hadapi. Mampukah Alif bertahan? Sebuah mantera baru… ”Man Shabara Zhafira – Siapa yang bersabar akan beruntung, berhasil meyakinkan Alif bahwa, ”segala sesuatu ada waktunya, aku ikhlaskan tangan Tuhan menuntunku meraih segala impian ini.” Juga bahwa ”Man Yazr’a Yahsud – Siapa yang menanam ia akan menuai.” Alif yakin sekali akan hal itu. Sungguh, ini ulasan yang buruk untuk menggambarkan betapa eloknya buku ini. Berulang kali, ketika menulis ulasan ini, jemariku terhenti, dan berkali-kali pula menekan tombol ”delete” karena merasa apa yang aku tulis tidak mampu mewakili semua hal yang aku dapatkan dari buku ini. Ranah 3 Warna buku yang lengkap. Perjuangan, semangat, kepercayaan… kehidupan akan cinta dan keluarga komplet dihadirkan. Di beberapa hal memang aku sempat sebal dengan tokoh Alif, misalnya saja ketika dia mendapatkan kesempatan pertukaran pelajar, ia ngotot ingin ditempatkan di negara tertentu. Setelah dapat, iapun masih ngotot ingin mendapatkan kesempatan kerja di bidang yang ia sukai. Di suatu sisi aku merutuki tingkah Alif dengan gumaman, ”Oh Tuhan, sadarkah Alif bahwa banyak orang yang ingin mendapatkan kesempatan yang sama seperti yang ia dapatkan tanpa banyak keinginan-keinginan yang lain?” namun… di sisi lain aku merasa, Ahmad Fuadi berhasil mengambarkan sosok Alif sebagai orang dengan penuh rasa harap tinggi dan… itu membuat tokoh Alif digambarkan lebih manusiawi. Sungguh, aku cinta Ranah 3 Warna ini. Edy Buku ini merupakan buku kedua dari Trilogi kehidupan Alif Fikri. Buku Pertama yang bertajuk Negeri 5 Menara mengisahkan tentang perjalanan hidup Alif Fikri, seorang anak Minang dari keluarga sederhana ketika menempuh pendidikan di Pondok Madani nama samaran Pondok Pesantren Modern Gontor – Jawa Timur yang terkenal itu. Sedangkan dalam buku kedua Ranah 3 Warna mengisahkan perjalanan hidup Alif Fikri setamat dari Pondok Madani yang harus menempuh perjuangan berat untuk lolos ujian persamaan SMA sebagai prasayarat mengikuti ujian seleksi masuk Perguruan Tinggi. Dengan perjuangan kerasnya Alif bisa lolos ujian persamaan dengan nilai sedang. Selanjutnya dia berjuang keras akhirnya lolos masuk Jurusan Hubungan Internasional – FISIPOL Universitas Pajajaran di Bandung. Cobaan demi cobaan terus menempa Alif seperti Ayah Alif meninggal, uang kiriman orang tua yang tersendat, usaha sales yang dirampok preman dan lain-lain. Perlahan alif mulai bangkit mencari rejeki dengan jualan/salesman, memberikan kursus private dan akhirnya berlatih menulis artikel di media dengan bimbingan seorang seniornya. Setelah melalui berbagai tempaan, dalam perjalanan hidup yang sudah mulai tertata karena kepintarannya menulis artikel di media, Alif meneruskan cita-cita semasa di Pondok Madani untuk berkelana di Amerika. Dia akhirnya lolos seleksi pertukaran pemuda pelajar di Kanada selama 6 bulan bersama 7 orang temannya. Di sana dia tinggal dengan ayah dan ibu angkat yang sangat mencintainya dan didampingi seorang tandem pemuda Kanada. Banyak kisah suka selama di Kanada tersebut. Di sinilah tumbuh perasaan cinta Alif terhadap Raisa yang berasal dari satu kampus dan juga tetangga kosnya di Bandung. Tapi cinta itu tetaplah hanya bersemi di hati karena alif tidak punya keberanian untuk menyatakannya sama Raisa. Sepulang dari Kanada, Alif melanjutkan studi dan lulus Sarjana dari Unpad. Mamak dan adiknya hadir dalam acara wisuda itu. Saat itu sebenarnya Alif sudah merencanakan untuk mengungkapkan isi hati terhadap Raisa. Tapi sayang, Randai sahabat karib dan teman sekampung serta sekaligus competitor Alif telah mendahuklui menyunting Raisa. Sebuah kisah kasih yang tak sampai pun terjadilah. Alif walaupun gundah mengambil hikmah itu semaua sebagai proses belajar untuk lebih sabar, ikhlas dan tawakal dan terus berprasangka baik terhadap Tuhannya,……. Dalam buku ini ada tiga ajaran utama yang terus diamalkan oleh Alif dalam merengkuh citanya yakni • Man Jadda Wajada yang berarti barang siapa bersungguh-sungguh dia akan berhasil. Konsep nilai ini ditanamkan sejak awal sehingga akan melahirkan anak didik yang mempunyai semangat bekerja keras. • Man shabara zhafira, Barang siapa bersabar maka dia akan beruntung. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di hari esok dan tetaplah fokus pada tujuan akhir untuk menemukan jati diri. • I’malu fauqa ma’amilu, Budayakan going the extra miles, lebihkan usaha, waktu, tekad, upaya dan lain-lainnya maka kita akan sukses. Dari sisi sosiologis, novel ini seperti novel-novelnya Andrea Hirata menyiratkan bahwa pendidikan merupakan kunci untuk memperbaiki masa depan bagi seseorang. Namun alangkah ironisnya dunia pendidikan saat ini yang sudah semakin mahal dan hanya bisa diakses oleh orang-orang kaya. Universitas Negeri yang dulu menjadi tumpuan harapan masyarakat kelas menengah ke bawah untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi kini semakin komersial dan mahal. Bagaimana masyarakat miskin dan kelas bawah bisa memperbaiki masa depan mereka ketika akses terhadap pendidikan sedemikian sulit? Masih adakah ruang bagi warga miskin dan keluarga yang pas-pasan untuk memperoleh pendidikan bermutu di negeri ini? Nike Wow, akhirnya buku yang ditunggu-tunggu ini kelar juga saya baca. Ga tahan dengan bahasan suami dan adek saya yang udah nyamber duluan buku ini, saya akhirnya menyudahi buku ini dengan senyum gembira. Ranah 3 Warna adalah buku kedua dari A. Fuadi yang promonya dimana-mana bakal jadi best seller. Seperti buku pertamanya, Negeri 5 Menara yang menjadi best seller, saya tak ragu lagi akan banyak orang menyukai buku Uda Fuadi yang kedua ini. Kalo di Negeri 5 Menara kita melihat cerita Alif Fikri dan teman-teman Pondok Madani dengan mantra “Man Jadda wajada”, dalam buku kedua ini, Alif diceritakan memasuki masa dewasa dimana ia meneruskan pendidikannya dengan mantra baru “Man Shabara Zafira”. Awalnya saya ngerasa bingung dengan cover buku juga pembatas buku yang dihadiahkan buku ini. Cover buku terlihat sepatu hitan dan untuk pembatas buku serupa daun. Ternyata, kalian wajib membaca buku ini dulu untuk tau apa arti dibalik semua itu. Cover itu adalah si Hitam, sepatu dari kulit jawi yang diberikan Ayah Alif sebelum Alif pergi merantau ke Bandung untuk kuliah. Daun? ya, pembatas bukunya unik, serupa daun yaitu daun maple khas negeri Kanada, tempat akhirnya Alif meraih mimpinya menginjak benua Amerika. Diceritakan Alif akhirnya mengikuti ujian persamaan SMA untuk mandapatkan ijazah setara SMA sampai belajar sangat tekun dan rajin untuk mengikuti UMPTN untuk masuk kuliah sesuai harapan Alif. Akhirnya Alif diterima berkuliah di universitas negeri di Bandung dengan jurusan Hubungan Internasional, karena ia ingin lebih menguasai bahasa. Banyak hal yang dilalui Alif untuk bisa mengejar mimpi-mimpinya. Dengan ekonomi keluarga yang sulit ditambah dengan kepergian Ayah Alif yang tak pelak membuat saya ingin menangis dan meneteskan air mata, Alif harus bisa sekuat tenaga meneruskan hidupnya dan meraih mimpinya ke benua Amerika. Alif akhirnya harus kerja keras, mulai dari mengajar privat hingga berjualan dari rumah ke rumah demi meneruskan kuliahnya. Sangat beruntung Alif bertemu dengan Bang Tigor, sang guru menulis Alif. Tidak hanya belajar menulis, Alif menemukan banyak pelajaran berharga dari Bang Togar. Cerita dalam buku kedua ini ga cuma cerita Alif mengejar mimpi-mimpi ke Amerika, tapi juga tak luput dari cerita percintaan. Alif akhirnya jatuh cinta pada seorang wanita yang satu kampus dengannya dan juga mereka berdua berkesempatan ke Kanada, tapi sayang seribu kali sayang, Alif harus berjuang untuk mandapatkan hati Raisa, terutama dari Randai, sahabat sepermainan Alif dari kecil. Saya merasa buku ini luar biasa. Buku ini memberikan motivasi besar untuk mengejar semua mimpi dan cita-cita. Tidak cuma bermimpi, tapi kisha ALif mengajarkan kita bagaimana cara untuk bisa meraih mimpi. Tidak hanya dengan berusaha sekuat tenaga tapi juga kesabaran. Dari semua tokoh pendamping Alif dalam buku ini, favorit saya adalah Rusdi 🙂 Entah kenapa, saya merasa Rusdi ini membuat buku ini terasa lebih menarik lagi. Lucu, nasionalisme tinggi tapi juga seniman. Bagi yang belum baca, bacalah… segera… 🙂 Kembali ↑ Penutup bila kamu tertarik sehabis baca resensi ini bisa beli secara online dengan harga Rp. dengan klik tautan Ranah 3 Warna ini atau klik gambar dibawah
Resensidari Novel Yang Berjudul Ranah 3 Warna . Identitas Novel : Judul : Ranah 3 Warna Penulis : A. Fuadi Tahun Terbit : 2011 Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama Tebal Buku : 473 . Latar Belakang Penulis : A Fuadi lahir di nagari Bayur, sebuah kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka.

September 30, 2022 435 am . 6 min read Resensi Novel Ranah 3 Warna ini akan menceritakan kisah inspiratif tokoh Alif Fikri. Dengan membahas beberapa hal penting yang terdapat dalam novel seperti identitas, intrinsik, ekstrinsik juga pesan moral yang terkandung dalam novel tersebut. Resensi Novel Ranah 3 Warna Berikut merupakan Resensi novel Ranah 3 Warna secara lengkap, diantaranya adalah 1. Identitas Novel Ranah 3 Warna Judul NovelRanah 3 WarnaPenulisAhmad FuadiJumlah halaman473 halamanUkuran buku13,5×20 cmPenerbitPT Gramedia Pustaka UtamaKategoriFiksiTahun Terbit2011Harga novelRp. 2. Sinopsis Novel Ranah 3 Warna Sinopsis novel Ranah 3 Warna ini menceritakan sosok Alif Fikri yang baru saja tamat dari pondok pesantren Madani dan bermimpi ingin mempelajari ilmu teknologi di Bandung. Impiannya ingin seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Negeri Paman Sam. Dengan semangat yang menggelegak dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin Kuliah. Namun kawan karibnya Randai meragukan karena Alif tak memiliki ijazah SMA agar lulus UMPTN. Dan berkat kerja kerasnya ia berhasil ikut ujian dan dinyatakan lulus. Lalu bagaimana kelanjutan kisahnya hingga ia bisa pergi ke tiga ranah yang berbeda? Seperti impiannya. Tentunya tidaklah mudah bukan? Penasaran dengan perjalanan kisahnya? Yuk, baca novel Ranah 3 Warna ini. Baca juga Resensi Novel Danur Novel Serem 3. Unsur Intrinsik Novel Ranah 3 Warna Berikut merupakan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna, diantaranya Tema Tema yang diangkat dalam novel ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi ini adalah perjuangan Alif Fikri dalam meraih cita-citanya. Tokoh dan Penokohan Alif Fikri, ia merupakan tokoh utama yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna ini ia memiliki sifat yang bertekad kuat, jujur, ikhlas, dan selalu bersyukur, patuh dan pekerja ia merupakan salah satu teman Alif yang memiliki sifat antagonis. Ia selalu merendahkan orang lain, sombong dan pemarah. Namun ia setia kawan dan suka ia merupakan ibu dari Alif yang memiliki sifat penyayang dan perhatian, dan ia merupakan Ayah Alif yang memiliki sifat pekerja keras, penyayang, perhatian dan juga ia merupakan teman wanita dan tetangganya di Bandung yang Alif sukai. Ia memiliki sifat percaya diri, dan pandai berbahasa Togar, ia merupakan senior Alif dan merupakan guru menulis Alif. Ia memiliki sifat yang pandai, suka menulis, disiplin dan ia teman Alif yang unik dan sangat nasionalisme Pepin, ia merupakan teman Alif yang berasal dari Kanada ia memiliki sifat yang ia adalah ibu angkat Alif di Quebec, Kanada yang memiliki sifat lembut dan penyayang. Yang menganggap Alif seperti anaknya ia adalah ayah angkat Alif di Kanada. Yang baik hati dan penyayang. Alur Alur yang digunakan dalam novel Ranah 3 Warna ini menggunakan alur maju. Dimana menceritakan tokoh Alif dalam mendapatkan ijazah untuk pendidikan yang lebih tinggi agar bisa meraih cita-cita. Latar Waktu Latar waktu yang digunakan dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi ini menggunakan latar waktu pagi, siang dan malam hari. Latar Tempat Latar tempat yang digunakan dalam novel Ranah 3 Warna ini menggunakan latar yaitu Di Maninjau Bukit Tinggi Jawa Barat, di Bandung Jawa Barat, di Amman Yordania, di Kanada, di Saint Raymondan. Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakan dalam novel Ranah 3 Warna ini yaitu menggunakan sudut pandang orang pertama dari tokoh utama dengan kata ganti orang pertama dengan sebutan “aku” yaitu Alif Fikri. Gaya Bahasa Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi ini adalah menggunakan bahasa yang cukup sempurna menggunakan bahasa Indonesia yang baku meski terdapat banyak bahasa Asing. Dan tata bahasanya berpadu tanpa ada unsur yang membosankan di tambah dengan beberapa majas di dalamnya seperti majas hiperbola, majas metafora, majas simile, dan majas persinofikasi. Baca juga Resensi Sinopsis Novel Almond Amanat Adapun amanat yang terkandung dalam novel Ranah 3 Warna ini, diantaranya adalah Kita sebagai umat beragama di wajibkan untuk menuntut ilmu. Dan mencari ilmu tidak hanya bisa di lakukan di kampung sendiri. Mencari ilmu tidak terbatas ruang dan kita teguh membela mimpi kita, maka tuhan akan menolong dan janganlah berputus asa dalam meraih dan bekerja keraslah dalam segala harus tetap di jalani meski sekeras dan sesusah apapun ujian yang akan menghadang tetap jalani dengan penuh Tuhan mengujimu ingatlah bahwa Tuhan tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuannya. Tetap berusaha dan tawakal lah kepada Allah SWT. 4. Unsur Ekstrinsik Novel Ranah 3 Warna Berikut merupakan unsur ekstrinsik yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna, diantaranya adalah Nilai Sosial Nilai sosial yang terdapat dalam novel bagaimana sikap orang tua angkat Alif yang berada di Kanada mereka sangat menyayangi Alif seperti mereka menyayangi anak kandung sendiri. Nilai Moral Nilai moral yang terkandung dalam novel ini yaitu tentang bagaimana patuh dan meneruti semua perintah baik dari orang tua yang seperti di lakukan tokoh utama yaitu Alif Fikri. Nilai Pendidikan Nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah 3 Warna ini adalah bagaimana tokoh utama sangat rajin belajar, berprestasi dalam pendidikan, bersaing dalam pendidikan, berusaha keras dalam meraih impian, itu mencerminkan nilai pendidikan yang terdapat novel ini. 5. Kelebihan Novel Ranah 3 Warna Adapun keunggulan atau kelebihan dari novel Ranah 3 Warna ini adalah Novel ini dapat di baca oleh semua bahasa yang digunakan sangat menarik serta mampu memperkaya kosa kata dan wawasan berbagai bahasa terutama bahasa daerah dan bahasa catatan kaki di bawah yang menjelaskan arti kata asing menuangkan fiksi belaka namun cerita yang diangkat merupakan pengalaman hidup penggambaran suasana yang tepat membawa pembaca benar-benar merasakan bagaimana menjelajah benua pesan moral yang terkandung dalam novel yang sangat menarik dimana terdapat sepatu yang membuktikan sejarah bahwa telah menginjak tiga ranah yang berbeda yaitu dari Minang, Timur Tengah hingga ke buku yang unik yang bergambar daun Maple dan itu merupakan khas dari negara Kanada. 6. Kekurangan Novel Ranah 3 Warna Setelah mengetahui kelebihan novel ini kita coba menelusuri kekurangan novel ini, diantaranya adalah Sama halnya seperti novel lainnya novel ini memiliki kekurangan penulis lupa dan mengabaikan tokoh Bang Togar di pertengahan hingga Akhir cerita. Padahal ia merupakan orang berjasa dalam kehidupan Alif di tokoh Alif terasa kurang mendalam tidak ada konflik yang berhasil dikelola si pengarang dengan baik dan mendalam. Semua hadir seperti ada yang dipaksakan dan hilang begitu cepat. Baca juga Sinopsis Novel Ngulandara 7. Pesan Moral Novel Ranah 3 Warna Bagian akhir dari sinopsis adalah pesan moral yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna diantaranya adalah Carilah ilmu kemana pun karena mencari ilmu tidak terbatas ruang dan bekerja keras karena setiap usaha tidak akan mengkhianati hasil.

NovelRanah 3 Warna ini menceritakan tentang kesungguhan seseorang yang ingin membuktikan kepada semua orang bahwa ia bisa menggapai apa yang ia inginkan, walaupun orang lain memandangnya sangat mustahil akan terjadi.

Resensi Novel Berjudul Ranah 3 Warna Novel Ranah 3 Warna adalah novel kedua dari trilogi negeri 5 menara yang penulisnya adalah Ahmad Fuadi, seorang mantan wartawan TEMPO dan VOA yang memiliki segudang prestasi. Diantaranya adalah memperoleh 8 beasiswa dari luar negeri. Dan dianugerahi sebagai penulis dan fiksi terfavorit. Novel Ranah 3 Warna mendapat apresiasi yang begitu besar dari masyarakat, ini karena, kali ini berbeda dengan yang lain, dimana novel ini mengandung makna hidup, kesabaran, keberanian, keikhlasan, dan kesungguhan. Jarang sekali novel menceritakan kehidupan di sebuah pondok, tapi sang penulis benar-benar menyajikannya dengan sangat apik. Ditambah beberapa budaya masyarakat Minang yang unik. Arti dari ranah 3 warna ialah tiga daratan, Bandung, Amman Yordania, dan Quebec Canada. Cerita dalam buku ini tidak hanya perjuangan saja, tapi juga diselingi kisah percintaan seorang Alif kepada Raisa. Novel ini mempunyai beberapa kelebihan, dengan kelebihannya inilah yang membuat unggul diantara novel lainnya yang sudah mendahuluinya. Penulis tidak hanya menuangkan fiksi belaka, tapi juga pengalaman hidup, penggambaran suasana yang tepat, dan mudah dimengerti, yang membuat isi novel ini lebih hidup. Penulis mampu membawa pembaca untuk benar-benar merasakan bagaimana menjelajah Benua Amerika, ikut menyelami budaya orang barat, dan berinteraksi dengan penduduk di sana. Dan tentu saja penulis menyajikan bagaimana hidup itu harus dijalani, walau sekeras apapun usaha kita harus tetap diiringi dengan kesabaran. Untuk secara fisik, novel ini menarik, unik, dan covernya yang membuat penasaran. Ialah sepasang sepatu, pemberian dari ayah Alif di mana telah menginjak tiga ranah yang berbeda, dari Minang, Timur Tengah, hingga Amerika. Pembatas buku ini unik,berbentuk daun maple yang menjadi khas negara Kanada. Sayang sekali, penulis tiba-tiba mengabaikan tokoh Bang Togar di pertengahan hingga akhir novel ini, padahal Bang Togar lah yang berjasa dalam kehidupan Alif di Bandung. Lalu, cara si penulis menggambarkan tokoh si Alif juga kurang mendalam. Tidak ada konflik yang berhasil dikelola si pengarang dengan baik dan mendalam. Semuanya hadir, ada yang dipaksakan dan hilang begitu cepat. Namun, menurut saya, keseluruhan dari novel ini adalah bagus, luar biasa. Penuh inspiratif melebihi dari novel yang pertama. Ahmad Fuadi selalu menyelipkan kata-kata yang memotivasi, mulai dari yang Arab hingga Inggris. Pembaca dibuat untuk memaknai hidup yang sulit dijalani, dengan sabar, ikhlas, dan tawakal. Sekeras apapun usaha kita itu. Begitu banyak pelajaran yang bisa diambil. Ahmad Fuadi berhasil menciptakan sebuah buku yang penuh inspirasi, penuh semangat, dan penuh kesabaran dalam menjalani hidup ini. Betapa hebatnya buku ini, sungguh sangat wajib dibaca oleh anak-anak, remaja, bahkan orang tua, orang yang sedang ingin mencari beasiswa, orang-orang yang merasa nyaris putus asa, orang yang masih pesimis dengan cita-cita tingginya, dan wajib dibaca juga oleh setiap orang yang berlari dan tidak berhenti berlari mengejar mimpi-mimpinya. Tentu saja buku ini juga wajib dimiliki oleh semua kalangan. Sasaran pembaca ialah para pemuda, di mana pemuda pada umumnya memiliki semangat yang tinggi, cocok dimiliki oleh pemuda-pemuda. “Dalam hidup ini, ternyata man jadda wajadda saja tidak cukup. Ada jarak terbentang diantara sungguh-sungguh dan sukses. Jarak yang harus ditempuh dengan sabar aktif. Man Shabara Zhafira.” Identitas Novel Judul Ranah 3 Warna Penulis A. Fuadi Tahun Terbit 2011 Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama Tebal Buku 473 Latar Belakang Penulis A Fuadi lahir di nagari Bayur, sebuah kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Ibunya guru SD, ayahnya guru madrasah. Lalu Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi permintaan ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Gontor pula yang membukakan hatinya kepada rumus sederhana tapi kuat, ”man jadda wajada”, siapa yang bersungguh ­sungguh akan sukses. Juga sebuah hukum baru ilmu dan bahasa asing adalah anak kunci jendela-jendela dunia. Bermodalkan doa dan manjadda wajada, dia mengadu untung di UMPTN. Jendela baru langsung terbuka. Dia diterima di jurusan Hubungan Internasional, UNPAD. Semasa kuliah, Fuadi pernah mewakili Indonesia ketika mengikuti program Youth Exchange Program di Quebec, Kanada. Di ujung masa kuliah di Bandung, Fuadi mendapat kesempatan kuliah satu semester di National University of Singapore dalam program SIF Fellowship. Lulus kuliah, dia mendengar majalah favoritnya Tempo kembali terbit setelah Soeharto jatuh. Sebuah jendela baru tersibak lagi, Tempo menerimanya sebagai wartawan. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah para wartawan kawakan Indonesia. Selanjutnya, jendela-jendela dunia lain bagai berlomba-lomba terbuka. Setahun kemudian, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk program S-2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya—yang juga wartawan Tempo—adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan wartawan VOA. Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill. Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Kini, penyuka fotografi ini menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi The Nature Conservancy. Tidak punya cukup uang untuk sekolah, Fuadi bekerja keras untuk mencari beasiswa sejak kuliah. Tidak sia-sia, sampai sekarang Fuadi telah mendapatkan 8 beasiswa dari luar negeri, membuat dia bisa mencicipi pengalaman belajar di Kanada, Singapura, Amerika Serikat dan Inggris. Fuadi dan istrinya tinggal di Bintaro, Jakarta. Mereka berdua menyukai membaca dan traveling. ”Negeri 5 Menara” adalah buku pertama dari rencana trilogi. Buku-buku ini berniat merayakan sebuah pengalaman menikmati atmosfir pendidikan yang sangat inspiratif. Semoga buku ini bisa membukakan mata dan hati. Dan menebarkan inspirasi ke segala arah. Sebagian royalti diniatkan untuk merintis Komunitas Menara, sebuah organisasi sosial berbasis relawan volunteer untuk memajukan pendidikan khususnya buat orang yang tidak mampu. Ke depan, Komunitas Menara ingin menyediakan sekolah, perpustakaan, rumah sakit, dan dapur umum secara gratis buat kalangan yang tidak mampu. Pokok-Pokok Isi Novel Unsur Intrinsik Tema Seseorang yang ingin mewujudkan mimpinya seperti seorang Habibie. Tokoh dan Perwatakan Ø Alif Tokoh 'aku' dalam cerita ini. Ø Randai Teman Alif sejak kecil yang selalu bersaing dalam mengejar impian. Ø Raisa Teman sekaligus tetangga Alif di Bandung, dan Alif jatuh hati padanya. Ø Rusdi Teman satu grup Alif yang unik dan pandai pantun Ø Francois Pepin Homologue Alif di Quebec Alur Novel ini memakai alur maju, karena dalam ceritanya tidak terdapat kilas balik sehingga membuat pembaca penasaran apa yang akan terjadi di kisah selanjutnya. Sudut Pandang Novel ini memakai sudut pandang orang pertama tunggal sebagai tokoh utama. Latar Tempat Pondok Pesantren Madani Ponorogo. Suasana Menyenangkan, menyedihkan, dan menegangkan. Waktu Pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari. Bahasa Bahasa yang digunakan dalam novel ini tetap bahasa Indonesia walaupun ada sedikit bahasa yang tidak menggunakan bahasa Indonesia. Sinopsis Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia bahkan sudah bisa bermimpi dalam bahasa Arab dan Inggris. Impiannya? Tinggi betul. Ingin belajar ITB Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika. Dengan semangat menggelegak dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin segera kuliah. Namun kawan karibnya, Randai, meragukan dia mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, ada satu hal penting yang dia tidak punya. Ijazah SMA. Bagaimana mungkin mengejar semua cita-cita tinggi tadi tanpa ijazah? Terinspirasi semangat tim dinamit Denmark, dia mendobrak rintangan berat. Baru saja dia bisa tersenyum, badai masalah menggempurnya silih berganti tanpa ampun. Alif letih dan mulai bertanya-tanya “Sampai kapan aku harus teguh bersabar menghadapi semua cobaan hidup ini?” Hampir saja dia menyerah. Rupanya mantra 'man jadda wajada' saja tidak cukup sakti dalam memenangkan hidup. Alif teringat mantra kedua yang diajarkan di Pondok Madani ''man shabara zhafira'. Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal kedua mantra itu dia songsong badai hidup satu persatu. Bisakah dia memenangkan semua impiannya? Kemana nasib membawa Alif? Apa saja 3 ranah berbeda warna itu? Siapakah Raisa? Bagaimana persaingannya dengan Randai? Apa kabar Sahibul Menara? Kenapa sampai muncul Obelix, orang Indian dan Michael Jordan dan Ksatria Berpantun? Apa hadiah Tuhan buat sebuah kesabaran yang kukuh? Ranah 3 Warna adalah hikayat bagaimana impian tetap wajib dibela habis-habisan walau hidup terus digelung nestapa. Tuhan bersama orang yang sabar. Amanat 1. Janganlah cepat mudah putus asa dalam meraih cita cita walaupun banyak rintangan yang harus kita hadapi karena Tuhan pasti memberikan jalan yang terbaik. Kelebihan Dalam hal organisasi novel ini, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan dapat menimbulkan rasa penasaran pembaca. Karena dalam penceritaan isi novel tidak berbelit-belit. Kelemahan Menggunakan kata kata yang sulit dimengerti dalam novel tersebut. Contohnya kata 'man jadda wajada' dan kata ''man shabara zhafira'.
Judul: Ranah 3 Warna. Pengarang: A. Fuadi. Penerbit: PT Gramedia Pustaka. Halaman: 349 halaman. Tokoh utama dalam Trilogi ini ini adalah Alif Fikri, seorang putra kelahiran Minang, Sumatera Barat. Tepatnya dipinggiran Danau Maninjau. Dia anak sulung dari dua adiknya yang kesemuanya perempuan. Kisah novel ini dimulai saat Alif kembali ke

Ilustrasi Cover buku Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi. istimewaNovel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi adalah novel kedua dari trilogi novel Negeri 5 Ranah 3 Warna diawali dengan kisah Alif yang baru saja menyelesaikan pesantren di Pondok Madani. Selepas itu Alif dilingkupi banyak cita-cita, salah satunya adalah melanjutkan pendidikan di ITB, seperti Habibie, dan kemudian hijrah ke Amerika. Namun Randai sahabat karibnya meragukan kemampuan Alif untuk melanjutkan ke ITB. Apalagi Alif tidak memiliki ijazah SMA,Keinginan Alif begitu kuat untuk kuliah di perguruan tinggi negeri. Dengan semangat “man jadda wajada” dia bertekad mengikuti ujian persamaan Sekolah Menengah Atas SMA, supaya bisa mendaftar Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri UMPTN. Untuk itu dia harus belajar lebih keras selama dua bulan supaya bisa lulus ujian persamaan. Dan akhirnya Alif lulus ujian persamaan meskipun dengan nilai nilai yang pas-pasan dan lemahnya dalam hitungan, akhirnya Alif memilih jurusan Hubungan Internasional HI. Sebelum ujian persamaan, dia berkeinginan untuk kuliah jurusan teknik penerbangan di Institut Teknologi Bandung ITB. Demi bisa lulus seleksi UMPTN dia belajar lebih keras lagi. Lebih keras dari belajar saat akan mengikuti ujian persamaan SMA alhamdulillah, usaha Alif membuahkan hasil yaitu diterima di jurusan Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Unpad di Bandung, Jawa Barat. Meskipun bukan ITB, tetapi Alif bersyukur akhirnya ia dapat kuliah di perguruan tinggi Cover buku Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi. istimewaTiba saatnya Alif mulai kuliah di Bandung, Alif tinggal bersama Randai dalam satu kamar kos. Karena belum mendapatkan kamar kos, Alif memasuki dunia baru menjadi mahasiswa. Alif harus melewati serangkaian ospek untuk bisa mengenal kampus dan mengenal teman-temannya. Ada Wira, Agam dan Memet. Saat pertama kali masuk kampus Alif dirundung permasalahan uang bulanan. Ia mencari penghasilan tambahan untuk biaya hidupnya, sedangakan uang dari orangtuanya hanya pas-pasan sehingga tak cukup jika juga belajar menulis kepada Bang Togar. Bang Togar bukan hanya mengajari menulis saja namun Bang Togar juga mengajari Alif tentang makna terasa Alif sudah melewati semester satu. Dia senang karena mendapat nilai baik. Suatu hari Amak mengirimkan telegram kepada Alif. Amak berencana ke Bandung untuk mengunjunginya dan Alif sangat senang, dia meminta Randai untuk meminjamkan kamarnya. Namun setelah beberapa hari Amak mengirimkan telegram, Alif disuruh pulang karena ayah bekal uang pinjaman uang dari Randai, Alif pun pergi ke Maninjau. Setelah sampai di Maninjau, Alif langsung pergi ke rumah sakit tempat Ayah dirawat. Di rumah sakit, ia melihat Ayahnya terbaring lemah, ia pun menghampiri Ayahnya dengan wajah sangat sedih. Alif menceritakan pengalaman yang telah ia dapatkan selama kuliah di Bandung. Setelah beberapa hari, akhirnya Ayah boleh pulang ke rumah, mendengar kabar tersebut Alif sangat harinya Alif berencana untuk balik ke Bandung. Tapi, ketika Amak membangunkan Alif saat subuh, kondisi Ayah semakin memburuk dan pada akhirnya Ayah menghembuskan nafas terakhirnya. Banyak sekali kenangan yang Alif lalui bersama Ayah. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Ayah berwasiat kepada Alif untuk menjaga Amak dan beberapa hari Alif kembali lagi ke Bandung. Ia mulai memikirkan nasibnya, dia harus mandiri tanpa memikirkan pesangon dari Amaknya, untuk itu Alif mulai aktif berjualan songket, mukena, kain tenun, menjadi guru privat, hingga menulis berjalannya waktu keberuntungan mulai berpihak setelah dia terpilih menjadi salah satu pertukaran mahasisiwa dengan negara di Kanada Alif tinggal di daerah Quebec, yang mayoritas penduduknya berbahasa Perancis. Selama di Kanada Alif bekerja di sebuah stasiun TV lokal dan berkesempatan untuk mewancarai salah satu kandidat referendum yaitu Daniel bertemu Raisa membuat perasaan Alif berkecamuk. Saat ingin mengutarakan perasaannya, tak sengaja dia mendengar Raisa sedang mengobrol dengan temannya tentang syarat menjadi pendaming hidupnya, akhirnya Alif mengurungkan niatnya dan memilih menunggu hingga lulus waktu wisuda telah datang, Alif bermaksud menyampaikan perasaannya pada Raisa, namun belum sempat berbicara, Raisa telah lebih dulu memperkenalkan calon tunangannya, yakni Randai. Mendengar hal tersebut Alif mengurungkan tahun berlalu, kini Alif telah memiliki istri, dan mereka kembali mengunjungi Kanada. Di puncak bukit Kota Kanada dia menatap terbitnya matahari dengan istrinya, dia bernostalgia dengan perjuangannya yang keras dia bisa menjadi besar seperti ini, berkat dua mantra dari Pondok Madani “man jadda wajada” dan “man shabara zhafira”. Alif berhasil melalui ranah 3 warna yaitu Bandung, Amman, dan Saint Novel Dalam hidup ini, ternyata “man jadda wajadda” saja tidak cukup. Ada jarak terbentang di antara sungguh-sungguh dan sukses. Jarak yang harus ditempuh dengan sabar aktif. “Man shabara zhafira” barang siapa yang sabar pasti akan beruntung.Kelebihan Novel ini cocok dibaca oleh semua kalangan baik dari kalangan anak kecil maupun orang dewasa. Karena ceritanya ringan dan mudah dipahami dengan permasalahan yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan dari segi pesan atau amanat, novel ini mampu memberikan efek positif atau motivasi bagi ini menggambarkan kehidupan pesantren yang berbeda. Selama ini pesantren dikenal dengan lingkungan yang keras tetapi Ahmad Fuadi menekankan di dalam buku ini bahwa karena didikan pesantren yang keras serta ilmu-ilmu dan petuah yang ia dapatkan di sana, ia dapat bertahan menghadapi berbagai macam cobaan Penulis tiba-tiba mengabaikan Bang Togar di pertengahan hingga akhir novel, padahal Bang Togar lah yang berjasa dalam kehidupan Alif di Bandung. */kik.Judul Buku Ranah 3 WarnaPenerbit Utama Gramedia Pustaka UtamaDeskripsi Fisik Tebal 473 halamanCetakan Cetakan Pertama Januari 2011Penulis Resensi Qoniatul Qismah SPd Penulis resensi buku adalah guru penggerak Kampung Ilmu

DownloadResensi Novel Ranah 3 Warna. Type: PDF; Date: April 2020; Size: 255.4KB; Author: Bato Heryans Battousai; This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Ada yang mau ke Pulau Belitong?? Pulau yang terkenal dengan Laskar Pelangi dan Keindahan Pantainya.. Silahkan Cek Untuk paket 4D-3N 4 hari 3 malam bisa dilihat di postingan Promo Travelling Wisata Murah ke Belitung 4D-3N 4 Hari 3 Malam Untuk paket 3D-2N 3 hari 2 malam bisa dilihat di postingan Promo Travelling Wisata Murah ke Belitung 3D-2N 3 Hari 2 Malam Untuk paket 2D-1N 2 hari 1 malam bisa dilihat di postingan Promo Travelling Wisata Murah ke Belitung 2D-1N 2 Hari 1 Malam ***************************************************************************************** Ranah 3 Warna, novel ini adalah buku kedua dari trilogi Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Cerita di novel ini bermula saat Alif yang sudah tamat dari Pondok Madani ingin melanjutkan ke ITB. Ujian persamaan SMA sebagai syarat untuk bisa ikut UMPTN berhasil dilewati Alif dengan nilai rata-rata Hasil pas-pasan ini membuat Alif harus banting stir dari IPA ke IPS, dari Teknik Penerbangan ITB ke Hubungan Internasional Unpad. Kesangsian teman-temannya yang tidak yakin akan kemampuan Alif lolos UMPTN tidak membuat Alif patah semangat. Keberhasilan Timnas Denmark merebut Piala Eropa 1992 padahal hanya tim yang untung-untungan masuk ke babak final karena Yugosalvia didiskualisifikasi ikut melecut semangat Alif. Keberhasilan lolos UMPTN membuat Alif pindah ke Bandung. Di kota ini Alif bertemu sahabat lama, menemukan sahabat baru dan Raisa, seorang anak Komunikasi Unpad yang bisa membuat Alif klepek-klepek. Di kota Bandung ini pula sejumlah permasalahan kompleks dimulai. Bagaimana kisah pejuangan Alif untuk bertahan hidup dan kuliah di Bandung? Masalah sangat berat apa yang yang menimpa Keluarga Alif di Maninjau? Bagaimana Alif belajar keras agar bisa menulis media? Bagaimana Alif berjuangan agar bisa lolos student exchange ke Quebec Kanada? Bagaimana petualangan Alif “membela” Indonesia di Yordania dan Kanada? Bagaimana dengan persaingan Alif dan Randai sahabat masa kecilnya? Bagaimana kisah “hati” Alif dan Raisa? Bagaimana Alif menghadapi itu semua? Silahkan beli bukunya hehe Menurut saya, novel fiksi motivasi ini rada-rada mirip Sang Pemimpi dan Edensor. Dibandingkan buku pertamanya Negeri 5 Menara, buku ini saya kasih poin +1 untuk kompleksitas permasalahan, cara pemecahan dan penggambaran setting tempat berlansungnya cerita. Oh ya Ranah 3 warna berarti Bandung, Amman Yordania dan Quebec Canada. Tempat cerita-cerita di dalam novel ini berlangsung. “Dalam hidup ini, ternyata man jadda wajada tidak cukup. Ada jarak terbentang diantara sungguh-sungguh dan sukses. Jarak yang harus ditempuh dengan sabar aktif. Man shabara zhafira”
merensinovel dengan judul Analisis Unsur Instrinsik dalam NovelRanah 3 Warna karya Ahmad Fuadi, diantaranya :1.1.1 Untuk mengetahui unsur-unsur instrinsik dalam novelRanah 3 Warna karya Ahmad Fuadi1.1.2 Untuk mengetahui nilai pendidikan yang terkandungdalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi BAB 2GAMBARAN UMUM2.1Identitas Buku 1)2)3)4)5)6)7)8)
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Novel "Ranah 3 Warna" merupakan buku kedua dari Trilogi "Negeri 5 Menara", sama halnya dengan buku ysng ditulis Ahmad Fuadi, karya nya selalu memberi hikmah dan makna mendalam. Novel "Ranah 3 Warna" adalah sebuah kisah lanjutan dari Negeri 5 Menara, tentang perjuangan Alif 3 Warna, menceritakan tentang Alif yang sudah menyelesaikan pendidikannya di Pondok Madani Gontor. Dengan kemampuannya dan motivasi dari Kyai yang merupakan guru yang telah mendidiknya, Alif akhirnya pulang kampung ke nya di Minanjau, semangat Alif menjadi berkobar saat dicibir termasuk sahabat karibnya, Randai, yang meragukan kemampuannya unutk lulus UMPTN, apalagi Alif tidak memiliki ijazah. Namun, semangat dari tim dinamit Denmark menginspirasi Alif untuk menghadapi rintangan dengan menyelesaikan pelajaran SMA 3 tahun tersebut. Perjuangan Alif tersebut akhirnya bisa mengantarkan dirinya lulus UMPTN jurusan Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Bandung. "Going the extra miles. I'malu fauqa ma 'amilu" sebuah mantra yang memberikan kekuatan semangat Alif, yang berarti "berusaha diatas rata-rata orang lain", ditambah semangat "man jadda wajada", menjadi motivasi luar biasa untuk meraih ada hal lain yang bisa menjadi inspirasi dari sosok Alif Fikri untuk mengejar impiannya, apalagi semenjak sang ayah meninggal, yang membuat Alif harus menghadapi tantangan dari sebagai penjual door to door, dibegal, dirampok sampai semua barang dagangannya habis, menjadi kisah menarik untuk ini memang memberikan banyak pelajaran yang bisa kita petik antara harapan, impian, dan do'a. Seperti nasihat Imam Syafi'i yang bisa menjadi pelajaran berharga "Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Jangan menyerah. Menyerah berarti menunda masa senang di masa yang akan datang." Lihat Book Selengkapnya
. 326 325 178 40 125 230 310 159

resensi novel ranah 3 warna