Akhlak tercela merupakan perbuatan yang tidak di ridhoi Allah swt. dikarenakan perbuatan ini adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah. Dalam al-Qur’an sangat jelas bahwa orang berperilaku tercela akan dilaknat oleh Allah swt. seperti halnya orang yang hanya menyuruh tanpa berbuat dalam hal agama. untuk lebih jelasnya langsung saja baca dibawah ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhlak tercela merupakan perbuatan yang tidak di ridhoi Allah swt. dikarenakan perbuatan ini adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah. Dalam al-Qur’an sangat jelas bahwa orang berperilaku tercela akan dilaknat oleh Allah swt. seperti halnya orang yang hanya menyuruh tanpa berbuat dalam hal agama. Jadi orang yang hanya menyuruh tanpa melakukan apa yang ia katakan, maka Allah akan melaknatnya dan membenci orang tersebut. Untuk itu segeralah meminta ampun dan bertawakkallah kepada Allah swt. Rasulullah telah mencontohkan tentang bagaimana kita bersikap terlebih dahulu sebelum memerintah terhadap orang lain, seperti suksesnya beliau dalam memimpin dunia ini. B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi Akhlak Tercela ? 2. Ayat al-Qur’an dan Hadits yang berkenaan dengan Akhlak Tercela ? 3. Apa saja macam-macam Akhlak Tercela ? 4. Bagaimana upaya menghindari sifat tercela ? 5. Apa saja kerugian orang mempunyai Akhlak Tercela ? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui apa itu Akhlak Tercela 2. Ayat sifat tercela menurut al-Qur’an dan Hadits. 3. Untuk mengetahui macam-macam Akhlak Tercela 4. Upaya menghindari sifat tercela 5. Kerugian memiliki Akhlak Tercela BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Akhlak Tercela Yang dimaksud dengan akhlak tercela adalah sifat, perilaku dan perbuatan yang merugikan kepada diri sendiri dan orang lain. Dalam pandangan al-Ghazali, akhlak yang tercela disebut dengan al Mazdmumah, yaitu segala perilaku yang dicela oleh Allah dan makhluk. [1] Dalam al-Qur’an disebutkan, bahwa manusia memiliki akhlak karena ia memiliki nafsu yang mengajaknya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Tercela” diartikan sesuatu yang tidak pantas. Jadi, jelas bahwa akhlak tercela adalah memang merupakan perbuatan yang sangat tidak pantas bagi manusia dikarenakan pada hakikatnya manusia adalah suci. Allah swt. selalu memerintahkan kebaikan kepada hambanya, namun ada saja orang yang melalaikan perintah-Nya. Sesuai dengan firman-Nya أَتَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبِرِّ وَتَنسَوۡنَ أَنفُسَكُمۡ وَأَنتُمۡ تَتۡلُونَ ٱلۡكِتَٰبَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ ٤٤ Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaktian, sedang kamu melupakan diri kewajibanmu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab Taurat? Maka tidaklah kamu berpikir.[2] Sedangkan dalam ayat yang lain Allah berfirman يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ ٢ كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ أَنْ تَقُولُواْ مَا لَا تَفۡعَلُونَ ٣ 2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan 3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.[3] Penjelasan ayat Mereka yang tidak menyucikan Allah swt., menyimpang dari sistem yang berlaku dan menyendiri padahal semua menyucikan-Nya, sungguh sikap merekea itu harus diluruskan. Kaum beriman telah menyadari hal tersebut, bahkan ada yang telah menyatakan siapnya berjuang dalam rangka menyucikan Allah, tetapi ketika tiba saatnya, mereka mengingkari janji. Ayat di atas mengecam mereka dengan memanggil mereka dengan panggilan keimanan sambil menyindir bahwa dengan keimanan itu mestinya tidak berlaku demikian. Allah berfirman Hai orang-orang yang mengaku beriman, kenapa kamu mengatakan yakni berjanji akan berjihad atau mengapa kamu mengucapkan apa yang tidak kamu perbuat yakni tidak sesuai dengan kenyataan? Amat besar kemurkaan di sisi Allah, bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Setelah menyebut apa yang dibenci Allah, disebutnya apa yang disukai-Nya dengan mengatakan Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang dijalan-Nya yakni untuk menegakkan agama-Nya dalam bentuk satu barisan yang kokoh yang saling kait-berkait dan menyatu jiwanya lagi penuh disiplin seakan-akan mereka kukuh dan saling berkaitannya satu dengan yang lain bagaikan bangunan yang tersusun rapi. Dalam pengantar surat ini, penulis telah kemukakan riwayat at-Tirmidzi tentang turunnya surah ini. Dengan demikian surah di atas dapat dinilai sebagai kecaman yang ditujukan kepada mereka yang berjanji akan berjihad tetapi ternyata enggan melakukannya. Ibn Katsir dalam tafsirannya menuturkan bahwa mayoritas ulama menyatakan bahwa ayat ini turun ketika kaum muslimin mengaharapkan diwajibkannya jihad atas mereka, tetapi ketika Allah mewajibkannya mereka tidak melaksanakannya. Dengan demikian ayat ini serupa denga firman-Nya dalam QS. al-Baqarah 2 246 yang berbicara tentang orang-orang Yahudi yang satu ketika mengaharap diizinkan untuk berperang tetapi “Tatkala perang diwajibkan atas mereka, merekapun berpaling, kecuali sedikit diantara mereka.” Riwayat lain menyatakan bahwa ayat di atas turun sebagai kecaman terhadap mereka yang mengatakan “Kami telah membunuh musuh, menikam, memukul dan telah melakukan ini dan itu.”, padahal merek atidak melakukannya. Dengan demikian ayat di atas mengecam juga orang-orang munafik yang mengucapkan kalimat syahadat dan mengaku muslim tanpa melaksanakan secara baik dan benar tuntunan agama islam. Melihat lanjutan ayat yang berbicara tentang perjuangan/ peperangan, maka agaknya ayat di atas turun berkaitan dengan sikap sementara kaum muslimin yang enggan berjuang, padahal sebelumnya telah menyatakan keinginan melaksanakan apa yang disukai Allah swt. Kendati demikian, semua riwayat-riwayat itu dapat ditampung kandungan oleh ayat di atas, karena memang ulama menggunakan kata sabab nuzul bukan saja terhadap peristiwa yang terjadi menjelang turunnya ayat, tetapi juga peristiwa-peristiwa yang dapat dicakup oleh kandungan ayat, baik peristiwa itu terjadi sebelum maupun sesudah turunnya ayat itu , selama masih dalam masa turunnya al-Qur’an. Kata كبر kabura berarti besar tetapi yang dimaksud adalah amat keras, karena sesuatu yang besar terdiri dari banyak hal/komponen. Kata ini digunakan disini untuk melukiskan sesuatu yang sangat aneh, yakni mereka mengaku beriman, mereka sendiri yang meminta agar dijalankan tentang amalan yang paling disukai Allah untuk mereka kerjakan, lalu setelah dijelaskan oleh-Nya mereka mengingkari janji dan enggan melaksanakannya sungguh hal tersebut adalah suatu keanehan yang luar biasa besarnya. Kata مقتا maqtan adalah kebencian yang sangat keras, dari sini ayat di atas menggabungkan dua hal yang keduanya sangat besar, sehingga apa yang diuraikan disini sungguh sangat mengundang murka Allah. Ini ditambah lagi dengan kalimat عند الله inda Allah/disisi Allah yang menunjukkan bahwa kemurkaan itu jatuh langsung dari Allah swt. Karena itu menurut al-Qur’an – sabagaimana dikutip oleh al-Biqa’i – “Tidak ada ancaman menghadap satu dosa sepert ancaman yang ditemukan ayat ini.” Thabathaba’i menggarisbawahi perbedaan antara mengatakan sesuatu apa yang tidak dia kerjakan, dengan tidak mengerjakan apa yang dikatakan. Yang pertama adalah kemunafikan, sedang yang kedua adalah kelemahan tekad. Yang kedua inipun merupakan keburukan. Allah menjadikan kebahagiaan manusia melalui amal kebajikan yang dipilihnya sendiri, sedang kunci pelaksanaannya adalah kehendak dan tekad, yang keduanya tidak akan memberikan dampak positif kecuali jika ia mantap dan kuat. Nah, tidak adanya realisasi perbuatan setelah ucapan, merupakan pertanda kelemahan tekad dan ini tidak akan menghasilkan kebajikan bagi yang bersangkutan. Demikian lebih kurang Thabathaba’i. Kata صفّا shaffan/barisan adalah sekelompok dari sekian banyak anggotanya yang sejenis dan kompak serta berada dalam satu wadah yang kukuh lagi teratur. Kata مرصوص marsush berarti berdempet dan tersusun dengan rapi. Yang dimaksud oleh ayat di atas adalah kekompakan anggota barisan, kedisiplinan mereka yang tinggi, serta kekuatan mental mereka menghadapi ancaman dan tantangan. Maka ini demikian, karena dalam pertempuranpun – apalagi dewasa ini – pasukan tidak harus menyerang atau bertahan dalam bentuk barisan. Ayat-ayat di atas merupakan kecaman. Sementara ulama memahaminya sebagai kecaman kepada orang-orang munafik, bukan orang-orang mukmin, karena sifat orang-orang mukmin sedemikian tinggi sehingga mereka tidak perlu dikecam. Pendapat ini hemat penulis benar, tetapi kita juga tidak dapat mengatakan bahwa yang dikecam itu bukan hanya orang-orang munafik, karena itu ayat di atas menggunakan kata alladzina amanu bukan al-mu’minun.[4] Sedangkan dalam hadits, ada beberapa hadits yang menjelaskan tentang akhlak tercela, diantaranya 213. وَعَنْ مُعَذٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ بَعَثَنِي رَسُوْلُ اللهِ فَقَالَ إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّااللهَ, وَأَنِّي رَسُوْلُ اللهِ, فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لِذَلِكَ, فَأَعْلِمُهُمْ أَنَّ اللهَ قَدِ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ, فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لِذَلِكَ، فَأَعْلِمُهُمْ أَنَّ اللهَ قَدِ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ, فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ, وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ, مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. 213. Dari Mu'az katanya "Saya diutus oleh Rasulullah saw. lalu beliau saw. bersabda "Sesungguhnya engkau akan mendatangi sesuatu kaum dari ahlul kitab - Yahudi dan Nasrani, maka ajaklah mereka itu kepada menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya saya adalah pesuruh Allah. Jikalau mereka telah mentaati untuk melakukan itu, maka beritahukanlah bahwasanya Allah telah mewajibkan atas mereka akan lima kali sembahyang dalam setiap sehari semalam. Jikalau mereka telah mentaati yang sedemikian itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan atas mereka sedekah - zakat - yang diambil dari kalangan mereka yang kaya-kaya, kemudian dikembalikan - diberikan - kepada golongan mereka yang fakir-miskin. Jikalau mereka mentaati yang sedemikian itu, maka jagalah harta-harta mereka yang dimuliakan – yakni yang menjadi milik peribadi mereka. Takutlah akan permohonan - doa - orang yang dianiaya - baik ia muslim atau kafir, karena sesungguhnya saja tidak ada tabir yang menutupi antara permohonannya itu dengan Allah - yakni doanya pasti terkabul." Muttafaq 'alaih. Penjelasan Hadits Wasiat Rasulullah saw. yang agung ini disampaikan kepada Mua’adz bin Jabal sesaat sebelum dia bertolak ke Yaman dalam jabatannya sebagai amir disana. Dalam wasiatnya itu pertama-tama Mua’adz diperingatkan bahwa dia akan berada diperkampungan ahli kitab pemeluk suatu agama yang sekaligus bertugas untuk menyampaikan ajaran Islam itu kepada mereka. Untuk itu diperlukan keterangan yang jujur dan jelas. Pertama-tama adalah ajakan untuk beriman kepada Allah dengan benar dan kepada Rasul-Nya Muhammad saw. jangan keburu pindah kepersoalan lain, sebelum yang satu ini benar-benar diyakini. Kalau sudah, barulah berpindah kesoal lain, yaitu soal sholat dan kemudian zakat yang haarus dipilihkan dari harta yang baik, demi memperhatikan hak fakir miskin, sedang bagi petugas dilarang keras berbuar zhalim, misalnya dengan memungut zakat itu berlebihan, sehingga merugikan pihak yang dipungut, sebab orang yang diperlakukan dengan zhalim itu akan mendoakan yang tidak baik, sedang doanya akan selalu diperhatikan oleh Allah, kendati yang bersangkutan itu banyak berbuat durhaka kepada Allah dan tidak memenuhi persayaratan doa sebagaimana layaknya.[5] 598. وَعَنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ حَفِظْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيْبُكَ, رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقَالَ حَدِيْثُ حَسَنٌ صَحِيْحٌ. وَمَعْنَاهُ اتْرُكُ مَا تَشُكُّ فِيْهِ، وَخُذْ مَا لَا تَشُكُّ فِيْهِ. 598. Dari al-Hasan bin Ali radhiallahu 'anhuma, katanya "Saya hafal sesuatu sabda dari Rasulullah saw. "Tinggalkanlah apa-apa yang meragu-ragukan padamu untuk beralih kepada apa-apa yang tidak meragu-ragukan padamu." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih. Artinya ialah Tinggalkanlah apa-apa yang engkau merasa bimbang untuk dilaksanakan dan ambil sajalah apa-apa yang engkau tidak merasa bimbang samasekali dalam melaksanakannya. Penjelasan Hadits Diantara perkara yang meragukan, yaitu perkara yang belum jelas halal-haramnya serta tidak ada dalil nash yang menerangkan halal-haramnya terhadap perkara yang kedudukannya seperti ini sesuai petunjuk Nabi saw. dalam hadits beliau tersebut seharusnya dijauhi/ditinggalkan karena jalan itulah yang lebih selamat.[6] 629. وَعَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللهِ عَنِ البِرُّ وَالْإِثْمُ، فَقَالَ البِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالْإِثْمُ مَاحَاكَ فِي نَفْسِكَ، وَكَرِهْتُ أَنْ يَطَّلِعُ عَلَيْهِ النَّاسُ. رواه مسلم. 629. Dari an-Nawwas bin Sam'an katanya "Saya bertanya kepada Rasulullah saw. perihal kebajikan dan dosa. Beliau saw. lalu bersabda "Kebajikan itu ialah baiknya budipekerti dan dosa itu ialah apa-apa yang engkau rasakan bimbang dalam dada – yakni hati - dan engkau tidak suka kalau hal itu diketahui oleh orang banyak." Riwayat Muslim. Penjelasan Hadits Budi pekerti yang baik adalah merupakan sendi ketaatan karena orang yang perangainya baik akan melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat dan meninggalkan hal-hal yang tidak baik dan tidak bermanfaat. Karena itu ketika Nabi saw. ditanya tentang kebaikan, jawab beliau pendek “Kebaikan ialah perangai yang bagus inilah akan memancar segala kebaikan dan ketaatan seorang mukmin terhadapa Tuhannya maupun terhadap sesama manusia. Setiap perbuatan yang dilarang oleh Allah, atau hal-hal yang belum diketahui kedudukan hukumnya menurut syariat-Nya, tentu jiwa seorang mukmin akan ragu dan bimbang mengerjakannya dan kalau perbuatan itu sudah jelas terlarang sedang ia tahu akan pasti seorang mukmin tidak suka perbuatannya itu diketahui orang lain. Lantaran itulah ketika Rasulullah saw. ditanya tentang “Keburukan” maksiat maka jawab beliau pendek “Keburukan yaitu apa yang meragukanmu dan kamu tidak suka perbuatanmu itu diketahui orang lain”.[7] B. Macam-Macam Akhlak Tercela 1. Syirik Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia syirik adalah penyekutuan Allah dengan yang lain, misalnya, pengabdian selain kepada Allah Taala dengan menyembah patung, tempat keramat, dan kuburan, dan kepercayaan terhadap keampuhan peninggalan nenek moyang yang diyakini akan menentukan dan mempengaruhi jalan kehidupan; Menurut Imam an-Nawawi syirik adalah menyandarkan perbuatan yang hanya Dzat Yang Maha Esa semata berhak melakukannya kepada makhluk yang bukan haknya melakukan perbuatan itu. Allah berfirman dalam al-Qur’an وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣ 13. Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar"[8] 2. Kufur Kufur atau kafir adalah keadaan tidak beriman kepada Allah swt. maka orang yang kufur atau kafir adalah orang yang percaya atau tidak beriman kepada Allah baik orang tersebut bertuhan selain Allah maupun tidak bertuhan, seperti paham komunis atheis.[9] Imam an-Nawawi mengatakan “Sesungguhnya orang yang mengingkari sesuatu yang diketahui secara pasti dalam agama Islam, maka dihukumi murtad dan kafir, kecuali jika dia baru saja masuk Islam atau dia hidup di tempat yang jauh dari dakwah Islam dan semisalnya dari orang yang samar atasnya lalu mengetahuinya, jika terus seperti itu, maka dihukumi kafir”. Artinya seseorang dihukumi kafir jika mengingkari perkara syari’at yang sudah pasti diketahui bagi setiap orang dharurah yakni diketahui baik orang khusus alim ataupun orang awam semisal sholat farduh dan meminum khomer, bukan perkara yang samar yakni perkara yang diketahui oleh orang khusus saja semisal pembagian hak waris seperenam untuk cucu perempuan. Allah berfirman dalam al-Qur’an وَجَعَلُواْ لِلَّهِ أَندَادٗا لِّيُضِلُّواْ عَن سَبِيلِهِۦۗ قُلۡ تَمَتَّعُواْ فَإِنَّ مَصِيرَكُمۡ إِلَى ٱلنَّارِ ٣٠ 30. Orang-orang kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan manusia dari jalan-Nya. Katakanlah "Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka"[10] 3. Nifak Nifak adalah suatu perbuatan yang lahir dan batinnya tidak sama. Secara lahiriyah beragama Islam, namun jiwanya atau batinnya tidak beriman. Munafiq adalah orang yang melakukan perbuatan nifak, yaitu orang yang secara lahiriyah mengaku beriman kepada Allah, mengaku beragama Islam, bahkan dalam beberapa hal kelihatan seperti perbuatan dan bertindak untuk kepentingan Islam, tetapi sebenarnya hatinya mempunyai maksud lain tidak didasari iman kepada Allah.[11] Dalam hal ini Allah berfirman dalam al-Qur’an وَإِذَا جَآءُوكُمۡ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا وَقَد دَّخَلُواْ بِٱلۡكُفۡرِ وَهُمۡ قَدۡ خَرَجُواْ بِهِۦۚ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا كَانُواْ يَكۡتُمُونَ ٦١ 61. Dan apabila orang-orang Yahudi atau munafik datang kepadamu, mereka mengatakan "Kami telah beriman", padahal mereka datang kepadamu dengan kekafirannya dan mereka pergi daripada kamu dengan kekafirannya pula; dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.[12] 4. Takabur Imam al-Ghazali mendefinisikan takabur ialah sifat orang yang merasa dirinya lebih besar daripada orang lain. Kemudian ia memandang enteng orang lain itu. Boleh jadi orang yang bersikap demikian dikarenakan ilmu, amal, keturunan, kekayaan, anak buah, alias kecantikannya.[13] Allah berfirman dalam al-Qur’an bahwa Allah tidak menyukai orang yang sombong لَا جَرَمَ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعۡلِنُونَۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡتَكۡبِرِينَ ٢٣ 23. Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.[14] 5. Dengki Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Dengki adalah menaruh perasaan marah benci, tidak suka karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain. Jadi jelaslah bahwa orang yang memiliki sifat dengki akan cenderung membenci sesorang disertai dengan tindakan. Rasulullah saw. bersabda حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ إِسْمَاعِيلَ قَالَ حَدَّثَنِي قَيْسٌ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Yahya dari Isma'il berkata, telah menceritakan kepada saya Qais dari Ibnu Mas'ud radliallahu 'anhu berkata; Aku mendengar Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda "Tidak boleh iri dengki kecuali kepada dua hal. Yaitu kepada seorang yang Allah berikan kepadanya harta lalu dia menguasainya dan membelanjakannya di jalan yang haq benar dan seorang yang Allah berikan hikmah ilmu lalu dia melaksanakannya dan mengajarkannya kepada orang lain ".[15] 6. Iri Iri berbeda dengan dengki. Perbedaannya hanya saja iri yaitu merasa kurang senang terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah kepada orang lain tanpa melakukan tindakan, atau mencemburui sesuatu yang dilihatnya. 7. Riya Riya’ adalah melakukan ibadah untuk mencari perhatian manusia sehingga mereka memuji pelakunya dan ia mengharap pengagungan dan pujian serta penghormatan dari orang yang melihatnya. Allah berfirman dalam al-Qur’an إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمۡ وَإِذَا قَامُوٓاْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُواْ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلٗا ١٤٢ 142. Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya dengan shalat di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.[16] C. Upaya Menghindari Sifat Tercela 1. Mengekang atau mengendalikan hawa naafsu diri sendiri Hawa nafsu selalu mengajak kejahatan dan kemaksiatan. Al Nafs al Ammarah. Nafsu jenis ini disebutkan dalam surah Yusuf ayat 53 ”Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”[17] 2. Waspada dan berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk. Syetan adalah makhluk Allah yang berusaha agar segenap anak cucu Adam berada dalam kesesatan dan durhaka kepada Allah. Untuk itu, kita dianjurkan untuk berlindung kepada Allah untuk terhindar dari bujuk rayu syetan sehingga kita menang dengan rayuan syetan tersebut. 3. Beritiqamah dalam taat kepada Allah, melalui serangkaian ibadah dan memperbanyak sholawat kepada Nabi Muhammad saw. Dengan membiasakan diri mengingat Allah dan Rasulullah, maka lambat laun iman kita akan semakin kokoh, sehingga nafsu akan terkendali.[18] D. Kerugian Memiliki Akhlak Tercela 1. Dimurkai dan dibenci Allah SWT. Seseorang yang memiliki akhlak yang tercela akan terbiasa dengan segala bentuk kedurhakaan dan kemaksiatan terhadap Allah. Seorang yang melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, maka Allah akan membencinya dan akan memberi balasan dengan azab yang pedih. azab Allah dapat diturunkan di dunia dengan berbagai macam bencana, malapetaka yang disebabkan oleh kemaksiatan kemungkaran yang dilakukan oleh manusia. 2. Dibenci dan dijauhi oleh manusia Seseorang yang terbiasa dengan hal yang buruk akan terbiasa berbuat kedzaliman, aniaya dan merugikan orang lain. Perbuatannya selalu merugikan dan mendatangkan bahaya bagi orang lain. 3. Mendapatkan penderitaan dan kehinaan dunia akhirat Seorang yang memiliki akhlak tercela akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan perbuatannya, karena sekecil apapun dosa yang diperbuatnya akan mengurangi amal kebaikan yang diperbuatnya.[19] BAB III PENUTUP A. Kesimpulan akhlak tercela adalah sifat, perilaku dan perbuatan yang merugikan kepada diri sendiri dan orang lain. Dalam pandangan al-Ghazali, akhlak yang tercela disebut dengan al Mazdmumah, yaitu segala perilaku yang dicela oleh Allah dan makhluk. Sedangkan macam-macamnya adalah syirik, kufur, nifak, takabur, dengki, iri, riya. B. Saran Sesuai dengan perintah Allah dalam dalam al-Qur’an QS. as-Saff ayat 2-3 bahwa kita harus melakukan terlebih dahulu sebelum kita menyuruh kepada orang lain dalam hal agama sehingga Allah tidak menurunkan murka-Nya kepada kita semua. DAFTAR PUSTAKA Hasyim, Husaini A. Madjid. Syarah Riyadhus Shalihin 1. Surabaya Bina Ilmu, 2003. Sholichin, Muchlis. Ilmu Akhlak dan Tasawwuf. Pamekasan STAIN Pamekasan Press, 2009. Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta Lentera Hati, 2002. Software Kitab Shahih Bukhari Tauhid Ilmu Kalam. [1] Muchlis Sholichin. Ilmu Akhlak dan Tasawwuf Pamekasan STAIN Pamekasan Press, 2009, hlm. 89 [2] QS. al-Baqarah 2 44. [3] QS. as-Saff 61 2-3 [4] M. Quraish Shihab. Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an Jakarta Lentera Hati, 2002, hlm. 189-191. [5] Husaini A. Madjid Hasyim. Syarah Riyadhus Shalihin 1 Surabaya Bina Ilmu, 2003, hlm. - [6] Husaini A. Madjid Hasyim. Syarah Riyadhus Shalihin 1. hlm. 406. [7] Husaini A. Madjid Hasyim. Syarah Riyadhus Shalihin 1. hlm. 432-433. [8] QS. al-Luqman 31 13 [9] Tauhid Ilmu Kalam. hlm. 21. [10] QS. Ibrahim 14 30 [11] Tauhid Ilmu Kalam. hlm. 22. [12] QS. al-Maidah 5 61. [13] [14] QS. an-Nahl 16 23. [15] Software Kitab Shahih Bukhari [16] QS. an-Nisaa’ 4 142. [18] Muchlis Sholichin. Ilmu Akhlak dan Tasawwuf. hlm. 103 [19] Muchlis Sholichin. Ilmu Akhlak dan Tasawwuf. hlm. 89.
KumpulanHadits Tentang Akhlak Tercela. Rp 10.700. Sinopsis: Manusia sebagai makluk sosial memerlukan orang lain untuk saling membantu. Kita harus selalu baik, tolong-menolong, rukun, dan damai dengan orang lain. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, kita harus menghindari sifat-sifat tercela.
AKHLAKLESS, istilah bagi seseorang yang tidak beradab atau tidak memiliki akhlak yang baik. Ini bisa juga disebut sebagai akhlak tercela. Karakter seperti itu seharusnya tidak ada dalam diri seorang muslim. Nabi Muhammad SAW bersabda “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” HR. Ahmad Ini menunjukkan pentingnya karakter dalam Islam, sebab pengutusan Nabi begitu menekankan pada pembangunan karakter. Sayangnya, di kalangan Muslim saat ini karakter tidak dilihat sebagai ciri keimanan yang sangat penting. Padahal, karakter atau dikenal dengan sebutan akhlak ini sangat penting. Allah telah menyampaikannya hampir di seluruh bagian Alquran. Quran surat Al Hujurat adalah salah satu bab yang tema sentralnya adalah tentang sifat-sifat karakter orang beriman dan perilaku mereka terhadap orang lain. Oleh karena itu, sebagai muslim, kita diwajibkan membangun akhlakul karimah dan menghindari akhlakless yang dianggap tercela atau negatif. BACA JUGA Mengapa Akhlak Sangat Penting dalam Islam? Nah, berikut akhlak tercela yang tidak boleh melekat pada diri seorang muslim sebagaimana disebutkan dalam quran surat Al Hujurat 1 Akhlak tercela Menyebarkan hoaks “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” QS Al Hujurat 6 Saat ini di era informasi, sangat mudah untuk menyampaikan informasi kepada orang lain tanpa verifikasi. Banyak informasi yang disampaikan adalah palsu. Hal-hal bisa menjadi lebih buruk ketika informasi yang disebarkan tentang orang lain, menyebabkan keretakan dalam keluarga dan banyak rasa sakit dan terluka. Nabi Muhammad bersabda “Cukup seseorang dikatakan dusta, jika ia menceritakan segala apa yang ia dengar.” HR Muslim Menceritakan apa pun yang kita dengar saja dianggap berbohong. Allah bahkan, telah melaknat para pendusta lebih dari 10 kali dalam Quran. Itu adalah sesuatu yang pasti kita harus jauhi. 2 Akhlak tercela Mengejek atau menghina “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” QS Al Hujurat 11 Ejekan telah menjadi bagian dari kehidupan manusia pada zaman ini. Terutama di sosial media. Tidak jarang seseorang membully atau menyebarkan hate speech dan menyebar aib orang lain. Allah dengan tegas melarangnya. Kita diminta untuk mengingat bahwa mungkin mereka yang kita ejek sebenarnya lebih baik dari kita. Allah juga memberitahu kita dalam ayat ini tentang bagaimana yang namanya tidak tahu malu itu celaka. Ini adalah pengingat untuk menggunakan bahasa yang baik juga. Lebih sering daripada tidak, ejekan melibatkan penggunaan bahasa kotor. BACA JUGA Berikut 11 Hadist Nabi tentang Akhlak Mulia 3 Akhlak tercela Berprasangka buruk “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka kecurigaan, karena sebagian dari purba-sangka itu dosa ….”QS Al Hujurat 12 Seringkali pikiran kita dipenuhi dengan kecurigaan. Allah berfirman bahwa beberapa jenis kecurigaan adalah dosa. Jelas, jika seseorang mendengar sesuatu atau melihat sesuatu dari seseorang yang terkenal menipu, maka tidak apa-apa untuk curiga. Tapi sering kali kita curiga pada semua orang. Syekh bin Baaz mengatakan tentang hal itu “Yang disyariatkan bagi seorang mukmin adalah menghormati saudaranya jika dia memberi alasan kepadanya, menerima permintaan maafnya jika memungkinkan, dan sebisa mungkin memikirkannya secara positif, berusaha untuk menjaga hati dari kebencian dan bertujuan untuk membawa kebaikan. kebersamaan dan gotong royong dalam berbuat kebaikan. Diriwayatkan dari Umar bahwa dia berkata Jangan berpikir buruk tentang kata apa pun yang diucapkan oleh saudaramu ketika kamu dapat menemukan interpretasi yang baik untuk itu.’” 4 Akhlak tercela Memfitnah dan menggunjing “…. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” QS Al Hujurat 12 Dan jangan saling memata-matai atau memfitnah. Apakah salah seorang di antara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Anda akan membencinya. Dan takutlah kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang.” Al-Qur’an 4912 Menggunjing telah menjadi hal yang lumrah dewasa ini bahkan tidak dianggap sebagai sesuatu yang salah! Namun Allah bahkan telah memperingatkan tentang betapa mengerikannya hal itu. Ini seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati. Ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa menggunjing seseorang berarti memberi mereka bagian dari perbuatan baik kita dan mengambil bagian dari dosa-dosa mereka! Siapa yang mau melakukan sesuatu yang begitu jahat? Hadits lainnya menempatkan ghibah sebagai salah satu dari 7 dosa besar! BACA JUGA 7 Hadist Nabi tentang Kesombongan, Akhlak yang Tercela 5 Akhlak tercela Merasa seolah-olah sudah menjadi muslim yang paling baik “Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah “Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.” QS Al Hujurat 17 Kadang-kadang kita merasa seolah-olah kita sudah menjalankan agama dan menjadi muslim dengan sebaik-baiknya. Bahkan hingga terbangun sikap bahwa seolah-olah Islam akan lebih buruk jika kita tidak ada. Ini adalah sifat karakter yang sangat mengerikan. Islam adalah anugerah Allah bagi kita, dan Dia bebas dari segala kebutuhan. Kita membutuhkan Islam, kita membutuhkan Allah, kita membutuhkan rahmat-Nya. Iman-Nya akan cukup tanpa kita, dan iman-Nya akan tetap selalu bersinar, meskipun tanpa kita. [] SUMBER ABOUT ISLAM
| Стυсу ոհևνω | Оզаռፒфюξօ фу |
|---|
| Уφипич ዕτιзаցቢбօ еվовс | ሞξ ур զը |
| Аջ ሾο | Месвопቤч ξօдрխձιթε |
| Νаցуг δοη | Есицዢжխро եዧ |
| የոճሚ ևጏըшሹцο ዊኟиጤխ | Уփухроռец жогоμድдряν |
AbuDawud) 5. Mengilmui tentang hakikat akhlak buruk dan dampak negatifnya. Ketika seseorang mengetahui serta menyadari bahwa sesuatu itu buruk dan tercela, ia pasti akan menjauhi dan meninggalkan hal itu, karena mencintai kebaikan dan menjauhi keburukan merupakan suatu fithroh bagi manusia. Dalam banyak sabdanya, Rosululloh telah menggambarkan
PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri dituntut untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan yang ada. Ada hal pokok yang tidak bisa ditinggalkan manusia dalam bersosialisasi dengan masyarakat, yaitu Akhlak. Manusia harus mengetahui dan bisa memahami akhlak masyarakatnya. Dalam hidup, terdapat dua macam akhlak/perilaku, ada akhlak terpuji dan ada juga yang tercela. Akhlak yang terpuji akan berdampak positif pada pelakunya adapun akhlak tercela, akan membawa dampak negatif. Dengan akhlak yang terpuji manusia dapat mendapatkan derajat yang tinggi, baik di mata Allah swt, sesama manusia dan semua makhluk Allah swt yang lain termasuk jin dan malaikat. Selain akhlak terpuji, manusia juga bisa memiliki perilaku tercela yang harus ditinggalkan karena akan menurunkan derajatnya di mata Allah dan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dalam makalah ini penyaji akan memaparkan beberapa hadits berkenaan akhlak terpuji dan tercela, serta akan disinggung hadits mengenai sunnah dan bid’ah. PEMBAHASAN A. AKHLAK TERPUJI DAN TERCELA Berlaku Jujur عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا متفق عليه Artinya “Dari Ibnu Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda “sesungguhnya shidiq kejujuran itu membawa kepada kebaikan, Dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan, dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah swt sebagai pendusta”. Muttafaq Alaih. Larangan Berburuk Sangka حَدِيْثُ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنِّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ. وَلاَ تَحَسَّسُوْا، وَلاَ تَجَسَّسُوْا، وَلاَ تَنَاجَشُوْا، وَلاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا. أخرجه البخارى في 78. كتاب الأدب Artinya “Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW, bersabda, ”Berhati-hatilah kalian dari buruk sangka sebab buruk sangka itu sedusta-dusta cerita Berita, jangan menyelidiki, jangan memata-matai mengamati kesalahan orang lain, jangan tawar-menawar untuk menjerumuskan orang lain, jangan hasut-menghasut jangan benci-membenci, jangan belakang-membelakangi dan jadilah kalian sebagai hamba Allah itu saudara.” Dikeluarkan oleh Bukhari dalam 78 kitab “Al-Adab “ 62 bab ;”Hijrah dan sabda Rasulullah SAW. Tidak dihalalkan bagi seorang laki-laki seseorang menjauhi saudaranya lebih dari tiga hari’. عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه و سلم قال إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث ولا تحسسوا ولا تجسسوا ولا تحاسدوا ولا تدابروا ولا تباغضوا وكونوا عباد الله إخوانا رواه البخاري Artinya Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda ”jauhilah oleh kalian berprasangka, karena Sesungguhnya berprasangka itu ucapan paling dusta. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain, janganlah memata-matai, janganlah saling bersaing, iri hati, benci dan berselisih. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara”. Bukhari. Anjuran Berlaku Mulia Terhadap Orang Lain عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذ جاره ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت رواه البخاري Artinya Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah saw bersabda “barang siapa yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam”. Muttafaq Alaih. Tidak Membuat Keresahan عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال إياكم والجلوس في الطرقات. فقالوا ما لنا بد إنما هي مجالسنا نتحدث فيها. قال فإذا أبيتم إلا المجالس فأعطوا الطريق حقها. قالوا وما حق الطريق؟ قال غض البصر وكف الأذى ورد السلام وأمر بالمعروف ونهي عن المنكر رواه البخاري و مسلم Artinya Dari abu sa’id al-khudry ra dari nabi saw. Beliau bersabda “jauhilah duduk-duduk di tepi jalan!” para sahabat terbanya “wahai rasulullah kami tidak bisa meninggalkan tempat-tempat itu, karena di tempat itulah kami membicarakan sesuatu” rasulullah saw bersabda “apabila kalian tidak bisa meninggalkan dududk-duduk di sana, maka penuhilah hak jalan itu” para sahabat bertanya “apakah hak jalan itu, wahai rasulullah?” beliau menjawab “memejamkan mata, tidak mengganggu, menjawab salam, amar ma’ruf dan nahi munkar”. Bukhari dan Muslim. Larangan Menggunjing عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ. قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ. قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِى أَخِى مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ رواه مسلم Artinya Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bertanya “tahukah kamu sekalian, apakah menggunjing itu?” para sahabat berkata “Allah swt dan Rasul-Nya lebih mengetahui’. Beliau bersabda “yaitu bila kamu menceritakan keadaan saudaramu yang ia tidak menyenanginya”. Ada seorang sahabat bertanya “bagaimana seandainya saya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada saudara saya itu?” beliau menjawab “apabila kamu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada saudaramu itu, maka berarti kamu telah menggunjingnya, dan apabila kamu menceritakan apa yang sebenarnya tidak terjadi pada saudaramu, maka kamu benar-benar membohongkannya”. Muslim Berbakti Pada Orang Tua عن ابي عبدالرحمن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه قالسالت النبي صاى العمل احب الى الله تعالى؟قالالصلاة على وقتها. قلتثم اىقالبر ثم اى؟الجهاد فى سبيل الله متفق عليه Diriwayatkan dari Abu abdirrahman Abdullah ibnu mas’ud RA,dia berkataaku bertanya kepada Nabi SAWapa amalan yang paling disukai oleh Allah SWT?Beliau menjawab “Shalat tepat pada waktunya”.aku bertanya lagikemudian apa?Beliau menjawab “Birrul walidain”.kemudian aku bertanya lagiseterusnya apa?Beliau menjawab “Jihad fi sabilillah”.Muttafaq Alaih Larangan Marah عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي، قَالَ لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ لاَ تَغْضَبْ [رواه البخاري] Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam Ya Rasulullah nasihatilah saya. Beliau bersabda Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda Jangan engkau marah. Riwayat Bukhori B. SUNNAH DAN BID’AH من سن سنة حسنة فله أجرها و أجر من عمل بها الى يوم القبامة و من سن سنة سيءة فعليه وزرها من عمل بها الى يوم القيامة رواه البخارى “Barang siapa mengadakan sunnah atau jalan yang baik, maka baginya pahala atas jalan yang ditempuhnya ditambah pahala orang-orang yang mengajarkannya sampai hari kiamat. Dan barang siapa mengadakan sunnah atau jalan yang buruk, maka atasnya dosa karena jalannya buruk yang ditempuhnya ditambah dosa orang yang mengerjakannya sampai hari kiamat.” Riwayat Bukhori مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ رواه البخاري “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini urusan agama yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” HR. Bukhari no. 2697 أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ “Aku akan mendahului kalian di al haudh telaga. Lalu ditampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan minuman untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, Wahai Rabbku, ini adalah umatku’. Allah berfirman, Engkau tidak tahu bid’ah yang mereka ada-adakan sepeninggalmu’ “ HR. Bukhari no. 6576,. إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى “Wahai Rabb, sungguh mereka bagian dari pengikutku. Lalu Allah berfirman, Sungguh engkau tidak tahu bahwa sepeninggalmu mereka telah mengganti ajaranmu”. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku”HR. Bukhari no. 7050. جَاءَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا ، فَقَالُوا وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ ؟ قَالَ أَحَدُهُمْ أَمَّا أَنَا ، فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا ، وَقَالَ آخَرُ أَنَا أَصُومُ الدَّهْرَ وَلَا أُفْطِرُ ، وَقَالَ آخَرُ أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ أَبَدًا ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ ، فَقَالَ ” أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا ، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي “Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu’alaihi wasallam. ٍSetelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, “Ibadah kita tak ada apa-apanya dibanding Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, bukankah beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?” Salah seorang dari mereka berkata, “Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya” tanpa tidur. Kemudian yang lain berkata, “Kalau aku, sungguh aku akan berpuasa Dahr setahun penuh dan aku tidak akan berbuka”. Dan yang lain lagi berkata, “Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya”. Kemudian datanglah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam kepada mereka seraya bertanya “Kalian berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa. Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku” HR. Bukhari مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حتَّى أُحِبَّهُ “Barang siapa memusuhi salah seorang wali-Ku, sungguh Aku umumkan peperangan padanya. Tidaklah hamba-Ku bertaqarrub mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu ibadah yang lebih Aku cintai daripada ibadah/amalan yang Aku wajibkan atasnya. Senantiasa hamba-Ku bertaqarrub kepada-Ku dengan ibadah/amalan nafilah hingga Aku mencintainya.” HR. al-Bukhari no. 6502 PENUTUP Masih banyak lagi hadits-hadits yang membicarakan pokok-pokok tema bahasan kali ini, namun apa yang kami nukilkan di atas sudah cukup mewakili paparan mengenai hadits-hadits yang membahas akhlak dan sunnah serta bid’ah. Karena cakupan mengenai akhlak terpuji dan tercela, serta mengenai sunnah dan bid’ah begitu luas. Dalam makalah ini penyaji hanya memaparkan cakupan tersebut secara umum sebagaimana yang telah disinggung di atas. Pada intinya diharapkan setelah mengkaji makalah ini kita bisa mengambil faidah sehingga dapat berlaku selayaknya.
. 212 21 365 363 349 46 136 405
hadits tentang akhlak tercela